Selamat Datang di Website Polbangtan Medan |  Pengumuman seputar Polbangtan Medan "Pelaksanaan Masa Bimbingan Dasar Mahasiswa Baru Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Medan Tahun Akademik 2023/2024"  dapat dilihat pada Pengumuman Polbangtan dibawah! | Event Polbangtan Medan "Soft Launching Aplikasi CoS Easy  dan Sosialisasi Badan Usaha Pertanian Kampus Polbangtan Medan" dapat dilihat pada rubrik Event dibawah ! | Berita seputar Kementerian Pertanian & Polbangtan Medan  "Program Magang, Mahasiswa Polbangtan Kementan Tanam Bibit Kopi di Sipirok"  dapat dilihat pada rubrik Seputar Polbangtan Medan di bawah!

 

 

 

 

 

Triple Helix, Kementan Sinergi Akademisi dan Praktisi Kembangkan Eco Enzyme
  • Polbangtan Medan
  • Monday, 17 April 2023

Triple Helix, Kementan Sinergi Akademisi dan Praktisi Kembangkan Eco Enzyme


Medan, Sumut [B2B] - Gerakan Tani Pro Organik [Genta Organik] khususnya pengembangan Eco Enzyme sebagai pupuk nabati dari limbah dapur diyakini berjalan optimal, melalui sinergi pemerintah dengan akademisi dan praktisi mengacu pada konsep Triple Helix.

Konsep Triple Helix bagi sosialisasi dan kampanye Genta Organik akan dilakukan Kementerian Pertanian, untuk mendorong petani di seluruh Indonesia memproduksi dan memanfaatkan pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah guna menjaga kesuburan tanah.

Seruan tersebut dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi saat membuka webinar Millennial Agriculture Forum [MAF] Volume 4 Edisi 15 bertajuk ´Gerakan Pertanian Organik Mendukung Terwujudnya Pertanian Berkelanjutan´ yang digelar oleh Polbangtan Medan secara hibrid, Sabtu [15/4].

Program Genta Organik diluncurkan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo pada 22 November 2022. Solusi atas melambungnya harga pupuk, dampak Perang Rusia dan Ukraina. Genta Organik bertujuan menjaga ketahanan pangan nasional, namun bukan berarti ‘mengharamkan’ apalagi anti pupuk kimia, asalkan sesuai takaran yang dibutuhkan tanaman dan aman bagi tanah melalui pemupukan berimbang.

Mentan Syahrul mendorong petani bersama penyuluh mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik [kimia] dan menerapkan pemupukan berimbang, untuk menjaga kesuburan tanah sekaligus menunjang nutrisi bagi tanaman.

"Tanah sebagai media tanam, harus kita jaga, karena produktivitas pangan bergantung pada itu. Salah satu caranya, dengan mulai menggunakan pupuk organik. Menjaga tanah dan kesuburannya, menjadi kewajiban bagi petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan pemupukan berimbang," kata Mentan Syahrul.

Dedi Nursyamsi menyambut baik MAF Volume 4 Edisi 15 yang digelar Polbangtan Medan atas hadirnya sejumlah narasumber yakni Ketua Pusat Study Eco Enzyme Universitas Lambung Mangkurat, Dian Masita Dewi; Pendiri dan Ketua Komunitas Eco Enzyme NTT, Chairel Malelak; dan petani milenial Dedi Tahoni, Staf Lapangan PT Power Agro Indonesia sebagai implementasi konsep Triple Helix.

"Saya menyebut sinergi Triple Helix sebagai ABG. Maksudnya A adalah akademisi diwakili Ibu Dian dari Unlam, B-nya adalah businessman sebagai praktisi, di sini ada Pak Chairel Malelak dari NTT dan petani milenial Dedi Tahoni. Sedangkan G adalah government, diwakili saya sebagai birokrat dari Kementan," katanya lagi.

Dedi Nursyamsi menambahkan Eco Enzyme merupakan cairan alami serbaguna yang terbuat dari fermentasi dari gula, sisa buah/sayuran dicampur air dengan waktu fermentasi tiga bulan sebagai pupuk nabati.

"Sampah dapur setiap hari diproduksi, secara kuantitas bertambah sehingga sangat perlu untuk dikelola menjadi produk bermanfaat dengan mudah dan murah, seraya mengurangi limbah dapur rumah tangga," katanya.

Moderator MAF, Dian Masita Dewi mengatakan telah lima tahun meneliti dan implementasi Eco Enzyme. Manfaatnya, tidak hanya untuk pertanian, juga kesehatan manusia bagi pengobatan diabetes melitus, tumor dan kanker.

"Saya treatment 55 kasus kesehatan khususnya diabetes. Juga ampuh untuk penanganan limbah berbahaya karena mampu mengikat logam pada lahan eks pertambangan," kata Dian MD, akademisi dari Unlam Banjarbaru, Kalsel.

Ketua Komunitas Eco Enzyme NTT, Chairel Malelak mengatakan eco enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasannya, mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik yang melakukan penelitian selama 30 tahun.

"Jadi eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula seperti gula coklat, gula merah atau gula tebu dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat," kata pegawai Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Timor Tengah Utara [TTU] di NTT.

Chairel Malelak menerapkan moto ´tiada hari tanpa eco enzyme´ setelah berdiri pada 15 Juni 2020, Komunitas Eco Enzyme memiliki grup pada 22 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT] dan empat komunitas lokal. Sementara komunitas di luar NTT mencakup Palu, ibukota Sulteng, Manado Sulut, Sulawesi Barat, Gorontalo, Timor Leste dan Bima di NTB.

Sementara Dedi Tahoni, petani milenial di Kabupaten TTU yang merupakan petani pengguna eco enzyme sebagai substitusi pupuk anorganik.

Dedi mengatakan telah menerapkan eco enzyme pada lahan pertanian miliknya seluas satu hektar untuk aneka tanaman seperti paria [pare], sayur asin dan pitsai china, kacang panjang, sawi, tomat, padi, ketimun, lobak, bayam merah, bawang merah, golden mama, cabai, porang, kol, melon, pepaya, dan jeruk purut di pot.

"Eco enzyme ternyata berkhasiat bagi tanaman dan berguna bagi petani pemula seperti saya, sejak 2022. Selain menyuburkan tanah juga menyembuhkan penyakit tanaman. Saat ini 6banyak petani di NTT menerapkan eco enzyme," katanya.

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset